Toto Sudarto Bahtiar - TENTANG KEMERDEKAAN

TENTANG KEMERDEKAAN
Oleh : Toto Sudarto Bahtiar

Toto Sudarto Bahtiar - PAHLAWAN TAK DIKENAL

PAHLAWAN TAK DIKENAL
Oleh : Toto Sudarto Bahtiar

Toto Sudarto Bahtiar - ODE II

ODE  II
Oleh : Toto Sudarto Bahtiar

Toto Sudarto Bahtiar - ODE I

ODE  I
Oleh : Toto Sudarto Bahtiar

Toto Sudarto Bahtiar - KEMERDEKAAN

KEMERDEKAAN
Oleh : Toto Sudarto Bahtiar

Toto Sudarto Bahtiar - IBU KOTA SENJA

IBU KOTA SENJA
Oleh : Toto Sudarto Bachtiar

Toto Sudarto Bahtiar - GADIS PEMINTA-MINTA

GADIS PEMINTA-MINTA
Oleh  : Toto Sudarto Bachtiar

Emha Ainun Najib - TAHAJJUD CINTAKU

 TAHAJJUD CINTAKU
 Oleh : Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib - SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA

 SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA
 Oleh : Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib - SEPENGGAL PUISI CAK NUN

     SEPENGGAL PUISI CAK NUN
     Oleh : Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib - MEMECAH MENGUTUHKAN

 MEMECAH MENGUTUHKAN
 Oleh : Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib - KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG

KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG
Oleh : Emha Ainun Naijb

Emha Ainun Najib - KITA MASUKI PASAR RIBA

 KITA MASUKI PASAR RIBA
 Oleh : Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib - KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG

 KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG
 Oleh : Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib - IKRAR

IKRAR
Oleh : Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib - DOA SEHELAI DAUN KERING

DOA SEHELAI DAUN KERING
Oleh : Emha Ainun NAjib

Emha Ainun Najib - DITANYAKAN KEPADANYA

 DITANYAKAN KEPADANYA
 Oleh : Emha Ainun Najib

WS Rendra - TAHANAN

TAHANAN
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING

SAJAK WIDURI UNTUK JOKI TOBING
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK TANGAN

SAJAK TANGAN
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK SEORANG TUA TENTANG BANDUNG LAUTAN API

SAJAK SEORANG TUA TENTANG BANDUNG LAUTAN API
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK SEORANG TUA DI BAWAH POHON

SAJAK SEORANG TUA DI BAWAH POHON
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK SEONGGOK JAGUNG

SAJAK SEONGGOK JAGUNG
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK SEBOTOL BIR

SAJAK SEBOTOL BIR
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK S L A

SAJAK S L A
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK PULAU BALI

SAJAK PULAU BALI
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK POTRET KELUARGA

SAJAK POTRET KELUARGA
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU (Untuk puteraku, Isaias Sadewa)

SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU
(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK ORANG KEPANASAN

SAJAK ORANG KEPANASAN
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK MATAHARI

SAJAK MATAHARI
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK MATA-MATA

SAJAK MATA-MATA
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK KENALAN LAMAMU

SAJAK KENALAN LAMAMU
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK JOKI TOBING UNTUK WIDURI

SAJAK JOKI TOBING UNTUK WIDURI
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK BULAN PURNAMA

SAJAK BULAN PURNAMA
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA

SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA
OLEH : WS RENDRA

WS Rendra - NOTA BENE : AKU KANGEN

NOTA BENE : AKU KANGEN
Oleh : WS Rendra

WS Rendra - TJERITA BUAT DIEN TAMAELA

TJERITA BUAT DIEN TAMAELA
Oleh : Chairil Anwar

SENJA DI PELABUHAN KECIL , buat: Sri Ajati

SENJA DI PELABUHAN KECIL
buat: Sri Ajati
Oleh : Chairil Anwar

RUMAHKU

RUMAHKU
Oleh : Chairil Anwar

NISAN

NISAN
Oleh : Chiril Anwar

MIRAT MUDA, CHAIRIL MUDA

MIRAT MUDA, CHAIRIL MUDA
Oleh : Chairil Anwar

MALAM DI PEGUNUNGAN

MALAM DI PEGUNUNGAN
Oleh : Chairil Anwar

MAJU

MAJU
Oleh : Chiril Anwar

HAMPA, kepada sri

HAMPA
kepada sri
Oleh : Chairil Anwar

DIPONEGORO

DIPONEGORO
Oleh : Chiril Anwar

DENGAN MIRAT

DENGAN MIRAT
Oleh : Chairil Anwar

AKU BERADA KEMBALI

AKU BERADA KEMBALI
Oleh : Chairil Anwar

AIR SELOKAN

AIR SELOKAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

AKU INGIN

AKU INGIN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

AKULAH SI TELAGA

AKULAH SI TELAGA
Oleh : Sapardi Djoko Damono

ANGIN 3

ANGIN 3
Oleh : Sapardi Djoko Damono

ANGIN 2

ANGIN 2
Oleh : Sapardi Djoko Damono

ANGIN 1

ANGIN 1
Oleh : Sapardi Djoko Damono

ATAS KEMERDEKAAN

ATAS KEMERDEKAAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI
Oleh : Sapardi Djoko Damono

BUNGA 3

BUNGA 3
Oleh : Sapardi Djoko Damono

BUNGA 2

BUNGA 2
Oleh : Sapardi Djoko Damono

BUNGA 1

BUNGA 1
Oleh : Sapardi Djoko Damono

CARA MEMBUNUH BURUNG

CARA MEMBUNUH BURUNG
Oleh : Sapardi Djoko Damono

CERMIN 1

CERMIN, 1
Oleh : Sapardi Djoko Damono

CERMIN 2

CERMIN, 2
Oleh : Sapardi Djoko Damono

DI ATAS BATU

DI ATAS BATU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

DI SEBUAH HALTE BIS

DI SEBUAH HALTE BIS
Oleh : Sapardi Djoko Damono


DI TANGAN ANAK-ANAK

DI TANGAN ANAK-ANAK
Oleh : Sapardi Djoko Damono

DUA PERISTIWA DALAM SATU SAJAK DUA BAGIAN

DUA PERISTIWA DALAM SATU SAJAK DUA BAGIAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

GONGGONG ANJING, untuk Rizki

GONGGONG ANJING
untuk Rizki
Oleh : Sapardi Djoko Damono

KAMI BERTIGA

KAMI BERTIGA
Oleh : Sapardi Djoko Damono

KEPOMPONG ITU

KEPOMPONG ITU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

KETIKA MENUNGGU BIS KOTA, MALAM-MALAM

KETIKA MENUNGGU BIS KOTA, MALAM-MALAM
Oleh : Sapardi Djoko Damono

KISAH

KISAH
Oleh : Sapardi Djoko Damono


KUKIRIMKAN PADAMU

KUKIRIMKAN PADAMU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

KUTERKA GERIMIS

KUTERKA GERIMIS
Oleh : Sapardi Djoko Damono

LIRIK UNTUK LAGU POP

LIRIK UNTUK LAGU POP
Oleh : Sapardi Djoko Damono

MATA PISAU

MATA PISAU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

PERAHU KERTAS

PERAHU KERTAS
Oleh : Sapardi Djoko Damono

PERISTIWA PAGI TADI, kepada GM

PERISTIWA PAGI TADI
kepada GM
Oleh : Sapardi Djoko Damono

PERTAPA

PERTAPA
Oleh : Sapardi Djoko Damono

PESAN

PESAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

PESTA

PESTA
Oleh : Sapardi Djoko Damono

PUISI CAT AIR UNTUK RIZKI

PUISI CAT AIR UNTUK RIZKI
Oleh : Sapardi Djoko Damono

SAJAK NOPEMBER

SAJAK NOPEMBER
Oleh : Sapardi Djoko Damono

SAJAK SUBUH

SAJAK SUBUH
Oleh : Sapardi Djoko Damono

SAJAK TELUR

SAJAK TELUR
Oleh : Sapardi Djoko Damono

SELAMAT PAGI INDONESIA

SELAMAT  PAGI  INDONESIA
Oleh : Sapardi Djoko Damono

SERULING

SERULING
Oleh : Sapardi Djoko Damono

SETANGAN KENANGAN

SETANGAN KENANGAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

SIHIR HUJAN

SIHIR HUJAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

TAJAM HUJANMU

TAJAM HUJANMU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

TEKUKUR

TEKUKUR
Oleh : Sapardi Djoko Damono

TELINGA

TELINGA
Oleh : Sapardi Djoko Damono

TENTANG MATAHARI

TENTANG MATAHARI
Oleh : Sapardi Djoko Damono

TUAN

TUAN
Oleh : Sapardi Djoko Damono

YANG FANA ADALAH WAKTU

YANG FANA ADALAH WAKTU
Oleh : Sapardi Djoko Damono

PIDATO SEORANG DEMONSTRAN

PIDATO SEORANG DEMONSTRAN
Oleh : Mansur Samin

PERNYATAAN

PERNYATAAN
Oleh : Mansur Samin

1946 : LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK

1946 : LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK
Oleh : Taufiq Ismail

BAGAIMANA KALAU

BAGAIMANA KALAU
Oleh : Taufik Ismail 

BAYI LAHIR BULAN MEI 1998

BAYI LAHIR BULAN MEI 1998  
Oleh : Taufik Ismail  

BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN

BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN
Oleh : Taufiq Ismail

DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN

DARI CATATAN SEORANG DEMONSTRAN
Oleh : Taufik Ismail
Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan

Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkn
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan

1966

Dari Ibu Seorang Demonstran

Dari Ibu Seorang Demonstran
Oleh : Taufik Ismail


"Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini"

Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada
Atau gas airmata
Tapi langsung peluru tajam
Tapi itulah yang dihadapi
Ayah kalian almarhum
Delapan belas tahun yang lalu

Pergilah pergi, setiap pagi
Setelah dahi dan pipi kalian
Ibu ciumi
Mungkin ini pelukan penghabisan
(Ibu itu menyeka sudut matanya)

Tapi ingatlah, sekali lagi
Jika logam itu memang memuat nama kalian
(Ibu itu tersedu sedan)

Ibu relakan
Tapi jangan di saat terakhir
Kau teriakkan kebencian
Atau dendam kesumat
Pada seseorang
Walapun betapa zalimnya
Orang itu

Niatkanlah menegakkan kalimah Allah
Di atas bumi kita ini
Sebelum kalian melangkah setiap pagi
Sunyi dari dendam dan kebencian
Kemudian lafazkan kesaksian pada Tuhan
Serta rasul kita yang tercinta

pergilah pergi
Iwan, Ida dan Hadi
Pergilah pergi
Pagi ini

(Mereka telah berpamitan dengan ibu dicinta
Beberapa saat tangannya meraba rambut merek
Dan berangkatlah mereka bertiga
Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata)


1966

DOA

DOA
Oleh : Taufik Ismail

Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun-tahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani

Ampunilah kami
Ampunilah
Amin

Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan AsmaMu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu

Ampunilah kami
Ampunilah
Amin


1966

Jalan Segara

Jalan Segara
Oleh : Taufik Ismail

Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan

Ketika pawai bergerak
Dalam panas matahari

Dan pelor pembayar pajak
Negeri ini

Ditembuskan ke pungung
Anak-anaknya sendiri


1966

JAWABAN DARI POS TERDEPAN

JAWABAN DARI POS TERDEPAN
Oleh : Taufiq Ismail

 
Kami telah menerima surat saudara
Dan sangat paham akan isinya
Tetapi tentang pasal penyerahan
Itu adalah suatu penghinaan

Konvoi sejam lamanya menderu
Di kota. Api kavaleri memancar-mancar
Di roda-rantai dan aspal

Angin meniup dalam panas dan abu
Abu baja. Nyala yang menggeletar-geletar
Sepanjang suara

Kami yang bertahan
Beberapa ratus meter jauhnya
Bukanlah serdadu-serdadu bayaran
Atau terpaksa berperang karena pemerintahan
 
Kebebasan manusia di atas buminya
Adalah penyebab hadir pasukan ini
Dan pasukan-pasukan lainnya

Impian akan harga kemerdekaan manusia
mengumpulkan seorang tukang cukur, penanam-penanam sayur
gembala-gembala, (semua buta huruf) kecuali dua anak SMT
sopir taksi dan seorang mahasiswa kedokteran
dalam pasukan
di pos terdepan ini

Terik dan lengang dipandang tak bertuan
Abu naik perlahan dari bumi
Bumi yang telah diungsikan

Guruh dari jauh, konvoi menderu
Suara panser dan  tank-tank kecil
Mengacukan senjata-senjata baru

Kami tidak punya batalion paratroop
Cadangan sulfa, apalagi mustang dan lapis-baja
Kami hanya memiliki karaben-karaben tua
Bahkan bambu pedesaan, ujungnya diruncingkan

Pasukan ini tak bicara dalam bahasa akademi militer
Tidak juga memiliki pengalaman perang dunia
Tetapi untuk kecintaan akan kebebasan manusia
Di atas buminya
Pasukan ini sudah menetapkan harganya

Sebentar lagi malampun akan turun
membawa kesepian ajal adalam gurun

Tidakkah engkau bisa menempatkan diri
sebentar, di tempat kami
Memikirkan bahwa ibumu tua diungsikan
tersaruk-saruk berjalan kaki
Setelah rumah-rumah di kampungmu dibakari
setelah adik kandungmu ditembak mati

Adakah demi lain, yang mengatasi
demi kemanusiaan ?
Adakah ?

Di seberang sini berjaga pengawalan
Tanpa gardu dan kemah, berbaju lusuh dalam semak
Dialah yang terdepan dengan sepucuk Lee & Field
Dialah huruf pertama dari Republik
 
 
Indonesia,
Th XV, No. 2
17 Agustus 1965
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

KALIAN CETAK KAMI JADI BANGSA PENGEMIS, LALU KALIAN PAKSA KAMI MASUK MASA PENJAJAHAN BARU, Kata Si Toni

KALIAN CETAK KAMI JADI BANGSA PENGEMIS,  
LALU KALIAN PAKSA KAMI  
MASUK MASA PENJAJAHAN BARU,  
Kata Si Toni 
Oleh : Taufik Ismail 
 


Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri 
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan 
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami 
Sejak lahir sampai dewasa ini 
Jadi sangat tepergantung pada budaya 
Meminjam uang ke mancanegara 
Sudah satu keturunan jangka waktunya 
Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula 
Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni 
Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi 
Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini 
Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi 
Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia 
Kita gadaikan sikap bersahaja kita 
Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta 
Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka 
Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita 
Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia 
Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama 
Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia 
Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi 
Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri 
Sambil kepala kita dimakan begini 
Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti 
Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi 
Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni 
Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama 
Menggigit dan mengunyah teratur berirama 

Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi 
Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini 
Bagai ikan kekurangan air dan zat asam 
Beratus juta kita menggelepar menggelinjang 
Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang 
Kita menjebakkan diri ke dalam krangkeng budaya 
Meminjam kepeng ke mancanegara 
Dari membuat peniti dua senti 
Sampai membangun kilang gas bumi 
Dibenarkan serangkai teori penuh sofistikasi 
Kalian memberi contoh hidup boros berasas gengsi 
Dan fanatisme mengimpor barang luar negeri 
Gaya hidup imitasi, hedonistis dan materialistis 
Kalian cetak kami jadi Bangsa Pengemis 
Ketika menadahkan tangan serasa menjual jiwa 
Tertancap dalam berbekas, selepas tiga dasawarsa 
Jadilah kami generasi sangat kurang rasa percaya 
Pada kekuatan diri sendiri dan kayanya sumber alami 
Kalian lah yang membuat kami jadi begini 
Sepatutnya kalian kami giring ke lapangan sepi 
Lalu tiga puluh ribu kali, kami cambuk dengan puisi ini 
  
 

1998

KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU , kepada Kang Ilen

KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU 
kepada Kang Ilen  
Oleh : Taufik Ismail 
 


Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, 
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, 
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,  
yang menyala bergantian, 
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam  
dengan bola  yang bentuknya seperti telur angsa, 
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam  
karena seratus juta penduduknya, 
 
Kembalikan  
Indonesia 
padaku 
 
Hari depan Indonesia adalah satu juta orang main pingpong siang malam  
dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat, 
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam  
lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya, 
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,  
dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat,  
sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, 
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang  
sambil main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam  
dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan, 
 

Kembalikan 
Indonesia 
padaku 
 

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam  
dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa, 
Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam  
karena seratus juta penduduknya, 
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,  
sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, 

Kembalikan 
Indonesia 
padaku 
 
  

Paris, 1971

KETIKA BURUNG MERPATI SORE MELAYANG

KETIKA BURUNG MERPATI SORE MELAYANG  
Oleh : Taufik Ismail  
 

Langit akhlak telah roboh di atas negeri 
Karena akhlak roboh, hukum tak tegak berdiri 
Karena hukum tak tegak, semua jadi begini 
Negeriku sesak adegan tipu-menipu 
Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku 
Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku 
Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku 
Bergerak ke depan, dengan penipu ketanggor aku 
Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku 
  

Kapal laut bertenggelaman, kapal udara berjatuhan 
Gempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang kelaparan 
Kemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulan 
Jutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulan 
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan 
   

Beribu pencari nafkah dengan kapal dipulangkan 
Penyakit kelamin meruyak tak tersembuhkan 
Penyakit nyamuk membunuh bagai ejekan 
Berjuta belalang menyerang lahan pertanian 
Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan 

  
Lalu berceceran darah, berkepulan asap dan berkobaran api 
Empat syuhada melesat ke langit dari bumi Trisakti 
Gemuruh langkah, simaklah, di seluruh negeri 
Beribu bangunan roboh, dijarah dalam huru-hara ini 
Dengar jeritan beratus orang berlarian dikunyah api 
Mereka hangus-arang, siapa dapat mengenal lagi 
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri 

  
Kukenangkan tahun ‘47 lama aku jalan di Ambarawa dan Salatiga 
Balik kujalani Clash I di Jawa, Clash II di Bukittinggi 
Kuingat-ingat pemboman Sekutu dan Belanda seantero negeri 
Seluruh korban empat tahun revolusi 
Dengan Mei ‘98 jauh beda, jauh kalah ngeri 
Aku termangu mengenang ini 
Bumiku sakit berat, dengarlah angin menangis sendiri 

  
Ada burung merpati sore melayang 
Adakah desingnya kau dengar sekarang 
Ke daun telingaku, jari Tuhan memberi jentikan 
Ke ulu hatiku, ngilu tertikam cobaan 
Di aorta jantungku, musibah bersimbah darah 
Di cabang tangkai paru-paruku, kutuk mencekik nafasku 
Tapi apakah sah sudah, ini murkaMu ? 

Ada burung merpati sore melayang 
Adakah desingnya kau dengar sekarang 
  

  
1998

KETIKA INDONESIA DIHORMATI DUNIA

KETIKA INDONESIA DIHORMATI DUNIA
Oleh : Taufiq Ismail


Dengan rasa rindu kukenang pemilihan umum setengah
abad yang lewat

Dengan rasa kangen pemilihan umum pertama itu
kucatat

Peristiwa itu berlangsung tepatnya di tahun lima
puluh lima

Ketika itu sebagai bangsa kita baru sepuluh tahun
merdeka

Itulah pemilihan umum yang paling indah dalam
sejarah bangsa

Pemilihan umum pertama, yang sangat bersih dalam
sejarah kita

Waktu itu tak dikenal singkatan jurdil, istilah
jujur dan adil

Jujur dan adil tak diucapkan, jujur dan adil cuma
dilaksanakan

Waktu itu tak dikenal istilah pesta demokrasi

Pesta demokrasi tak dilisankan, pesta demokrasi cuma
dilangsungkan

Pesta yang bermakna kegembiraan bersama

Demokrasi yang berarti menghargai pendapat berbeda


Pada waktu itu tak ada huru-hara yang menegangkan

Pada waktu itu tidak ada setetes pun darah
ditumpahkan

Pada waktu itu tidak ada satu nyawa melayang

Pada waktu itu tidak sebuah mobil pun digulingkan
lalu dibakar

Pada waktu itu tidak sebuah pun bangunan disulut api
berkobar

Pada waktu itu tidak ada suap-menyuap, tak terdengar
sogok-sogokan

Pada waktu itu dalam penghitungan suara, tak ada
kecurangan


Itulah masa, ketika Indonesia dihormati dunia

Sebagai pribadi, wajah kita simpatik berhias
senyuman

Sebagai bangsa, kita dikenal santun dan sopan

Sebagai massa kita jauh dari kebringasan, jauh dari
keganasan


Tapi enam belas tahun kemudian, dalam 7 pemilu
berturutan

Untuk sejumlah kursi, 50 kali 50 sentimeter persegi
dalam ukuran

Rakyat dihasut untuk berteriak, bendera partai
mereka kibarkan

Rasa bersaing yang sehat berubah jadi rasa dendam
dikobarkan

Kemudian diacungkan tinju, naiklah darah, lalu
berkelahi dan
berbunuhan

Anak bangsa tewas ratusan, mobil dan bangunan
dibakar puluhan


Anak bangsa muda-muda usia, satu-satu ketemu di
jalan, mereka sopan-
sopan

Tapi bila mereka sudah puluhan apalagi ratusan di
lapangan

Pawai keliling kota, berdiri di atap kendaraan,
melanggar semua aturan

Di kepala terikat bandana, kaus oblong disablon, di
tangan bendera
berkibaran

Meneriak-neriakkan tanda seru dalam sepuluh kalimat
semboyan dan
slogan

Berubah mereka jadi beringas dan siap mengamuk,
melakukan kekerasan

Batu berlayangan, api disulutkan, pentungan
diayunkan

Dalam huru-hara yang malahan mungkin, pesanan



Antara rasa rindu dan malu puisi ini kutuliskan

Rindu pada pemilu yang bersih dan indah, pernah
kurasakan

Malu pada diri sendiri, tak mampu merubah perilaku

Bangsaku.



2004

KETIKA SEBAGAI KAKEK DI TAHUN 2040, KAU MENJAWAB PERTANYAAN CUCUMU

KETIKA SEBAGAI KAKEK DI TAHUN 2040, 
KAU MENJAWAB PERTANYAAN CUCUMU
Oleh : Taufik Ismail
 


Cucu kau tahu, kau menginap di DPR bulan Mei itu
Bersama beberapa ribu kawanmu
Marah, serak berteriak dan mengepalkan tinju
Bersama-sama membuka sejarah halaman satu
Lalu mengguratkan baris pertama bab yang baru
Seraya mencat spanduk dengan teks yang seru
Terpicu oleh kawan-kawan yang ditembus peluru
Dikejar masuk kampus, terguling di tanah berdebu
Dihajar dusta dan fakta dalam berita selalu
Sampai kini sejak kau lahir dahulu
Inilah pengakuan generasi kami, katamu
Hasil penataan dan penataran yang kaku
Pandangan berbeda tak pernah diaku
Daun-daun hijau dan langit biru, katamu
Daun-daun kuning dan langit kuning, kata orang-orang itu
Kekayaan alam untuk bangsaku, katamu
Kekayaan alam untuk nafsuku, kata orang-orang itu
Karena tak mau nasib rakyat selalu jadi mata dadu
Yang diguncang-guncang genggaman orang-orang itu
Dan nomor yang keluar telah ditentukan lebih dulu
Maka kami bergeraklah kini, katamu
Berjalan kaki, berdiri di atap bis yang melaju
Kemeja basah keringat, ujian semester lupakan dulu
Memasang ikat kepala, mengibar-ngibarkan benderamu
Tanpa ada pimpinan di puncak struktur yang satu
Tanpa dukungan jelas dari yang memegang bedil itu
Sudahlah, ayo kita bergerak saja dulu
Kita percayakan nasib pada Yang Satu Itu.
 
 

1998

Kita adalah Pemilik Sah Republik ini

Kita adalah Pemilik Sah Republik ini
Oleh : Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur.

Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
"Duli Tuanku?"

Tidak ada pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangat untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada pilihan lagi. Kita harus
Berjalan terus


1966
diambil dari buku Tirani dan Benteng 
(Yayasan Ananda, Jakarta, 1993, halaman 113)

KUTAHU KAU KEMBALI JUA ANAKKU

KUTAHU KAU KEMBALI JUA ANAKKU
Oleh : Taufik Ismail
Saudara-kandungku pulang perang, tangannya merah
Kedua pundak landai tiada tulang selangka
Dia tegak goyah, pandangnya pada kami satu-satu
Aku tahu kau kembali jua anakku

Tiba-tiba dia roboh di halaman dia kami papah
Ibu pun perlahanmengusapi dahinya tegar
Tanganku amis ibu, tanganku berdarah
Aku tahu kau kembali jua anakku

Siang itu dia tergolek ibu, lekah perutnya
Aku tak membidiknya, tapi tanganku bersimbah
Tunduk terbungkuk matanya sangat papa
Kami sama rebah, kupeluk dia di tanah

Kauketuk sendiri ambang dadamu anakku
Usapkan jemari sudah berdarah
Simpan laras bedil yang memerah
Kutahu kau kembali jua anakku


Mimbar Indonesia,
Th XII, No. 50
1958

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA  
Oleh : Taufik Ismail 
  

I
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga 
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa 
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya 
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia 
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia 
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda 
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya, 
Whitefish Bay kampung asalnya 
Kagum dia pada revolusi Indonesia 
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya 
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama 
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya 
Dadaku busung jadi anak Indonesia 
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy 
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University 
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army 
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri 
Mengapa sering benar aku merunduk kini 
  

II
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak 
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak 
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak, 
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza 
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia 
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata 
Dan kubenamkan topi baret di kepala 
Malu aku jadi orang Indonesia. 
 

III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu, 
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi  
berterang-terang curang susah dicari tandingan, 
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu  
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek  
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu, 
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,  
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan  
peuyeum dipotong birokrasi  
lebih separuh masuk kantung jas safari, 
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,  
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,  
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,  
agar orangtua mereka bersenang hati, 
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum  
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas  
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan, 
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan  
sandiwara yang opininya bersilang tak habis  
dan tak utus dilarang-larang, 
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata  
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa, 
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,  
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,  
sekarang saja sementara mereka kalah,  
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka  
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat, 
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia  
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,  
kabarnya dengan sepotong SK  
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi, 
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,  
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman, 
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,  
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar, 
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat  
jadi pertunjukan teror penonton antarkota  
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita  
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan  
yang disetujui bersama, 
 

Di negeriku rupanya sudah diputuskan  
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,  
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil 
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,  
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja, 
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan  
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,  
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,  
Nipah, Santa Cruz dan Irian,  
ada pula pembantahan terang-terangan  
yang merupakan dusta terang-terangan  
di bawah cahaya surya terang-terangan,  
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai  
saksi terang-terangan, 
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,  
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang  
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi. 
  

IV 
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak 
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak 
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak, 
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza  
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia 
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata 
Dan kubenamkan topi baret di kepala 
Malu aku jadi orang Indonesia. 
 
 

1998

Memang selalu demikian, Hadi

Memang selalu demikian, Hadi
Oleh : Taufik Ismail

Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi

Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi

Setiap perjuangan yang akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan

Memang demikianlah halnya, Hadi

1966

MENCARI SEBUAH MESJID

MENCARI SEBUAH MESJID
Oleh : Taufiq Ismail

Aku diberitahu tentang sebuah masjid
yang tiang-tiangnya pepohonan di hutan
fondasinya batu karang dan pualam pilihan
atapnya menjulang tempat tersangkutnya awan
dan kubahnya tembus pandang, berkilauan
digosok topan kutub utara dan selatan

Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sepenuh dindingnya yang transparan
dihiasi dengan ukiran kaligrafi Quran
dengan warna platina dan keemasan
berbentuk daun-daunan sangat beraturan
serta sarang lebah demikian geometriknya
ranting dan tunas jalin berjalin
bergaris-garis gambar putaran angin

Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang masjid yang menara-menaranya
menyentuh lapisan ozon
dan menyeru azan tak habis-habisnya
membuat lingkaran mengikat pinggang dunia
kemudian nadanya yang lepas-lepas
disulam malaikat menjadi renda-renda benang emas
yang memperindah ratusan juta sajadah
di setiap rumah tempatnya singgah

Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang sebuah masjid yang letaknya di mana
bila waktu azan lohor engkau masuk ke dalamnya
engkau berjalan sampai waktu asar
tak bisa kau capai saf pertama
sehingga bila engkau tak mau kehilangan waktu
bershalatlah di mana saja
di lantai masjid ini, yang luas luar biasa

Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang ruangan di sisi mihrabnya
yaitu sebuah perpustakaan tak terkata besarnya
dan orang-orang dengan tenang membaca di dalamnya
di bawah gantungan lampu-lampu kristal terbuat dari berlian
yang menyimpan cahaya matahari
kau lihat bermilyar huruf dan kata masuk beraturan
ke susunan syaraf pusat manusia dan jadi ilmu yang berguna
di sebuah pustaka yang bukunya berjuta-juta
terletak di sebelah menyebelah mihrab masjid kita

Aku rindu dan mengembara mencarinya

Aku diberitahu tentang masjid yang beranda dan ruang dalamnya
tempat orang-orang bersila bersama
dan bermusyawarah tentang dunia  dengan hati terbuka
dan pendapat bisa berlainan namun tanpa pertikaian
dan kalau pun ada pertikaian bisalah itu diuraikan
dalam simpul persaudaraan yang sejati
dalam hangat sajadah yang itu juga
terbentang di sebuah masjid yang mana

Tumpas aku dalam rindu
Mengembara mencarinya
Di manakah dia gerangan letaknya ?

Pada suatu hari aku mengikuti matahari
ketika di puncak tergelincir dia sempat
lewat seperempat kuadran turun ke barat
dan terdengar merdunya azan di pegunungan
dan aku pun melayangkan pandangan
mencari masjid itu ke kiri dan ke kanan
ketika seorang tak kukenal membawa sebuah gulungan
dia berkata :

"Inilah dia masjid yang dalam pencarian tuan"

dia menunjuk ke tanah ladang itu
dan di atas lahan pertanian dia bentangkan
secarik tikar pandan
kemudian dituntunnya aku ke sebuah pancuran
airnya bening dan dingin mengalir beraturan
tanpa kata dia berwudhu duluan
aku pun di bawah air itu menampungkan tangan
ketika kuusap mukaku, kali ketiga secara perlahan
hangat air terasa, bukan dingin kiranya
demikianlah air pancuran
bercampur dengan air mataku
yang bercucuran.

 

Jeddah, 30 Januari 1988

NASEHAT-NASEHAT KECIL ORANG TUA PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA

NASEHAT-NASEHAT KECIL ORANG TUA PADA ANAKNYA BERANGKAT DEWASA
Oleh : Taufik Ismail

Jika adalah yang harus kaulakukan
Ialah menyampaikan kebenaran
Jika adalah yang tidak bisa dijual-belikan
Ialah yang bernama keyakinan
Jika adalah yang harus kau tumbangkan
Ialah segala pohon-pohon kezaliman
Jika adalah orang yang harus kauagungkan
Ialah hanya Rasul Tuhan
Jika adalah kesempatan memilih mati
Ialah syahid di jalan Ilahi


April, 1965

PRESIDEN BOLEH PERGI PRESIDEN BOLEH DATANG

PRESIDEN BOLEH PERGI PRESIDEN BOLEH DATANG
Oleh : Taufik Ismail

Sebuah orde tenggelam
sebuah orde timbul
tapi selalu saja ada suatu lapisan masyarakat di atas gelombang itu
selamat
Mereka tidak mengalami guncangan yang berat
Yang selalu terapung di atas gelombang
Seseorang dianggap tak bersalah sampai dia dibuktikan hukum bersalah
Di negeri kami ungkapan ini begitu indah
Kini simaklah sebuah kisah
Seorang pegawai tinggi gajinya satu setengah juta rupiah
Di garasinya ada Volvo hitam, BMW abu-abu,
Honda metalik, dan Mercedes merah
Anaknya sekolah di Leiden, Montpellier dan Savana
Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoran dan macam-macam indah
Setiap semester ganjil istri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura

Setiap semester genap istri gelapnya liburan di Eropa dan Afrika
Anak-anaknya ....
Anak-anaknya pegang dua pabrik, tiga apotik dan empat biro jasa
Selain sepupu dan kemenakannya buka lima toko onderdil,
lima biro iklan, dan empat pusat belanja.
Ketika rupiah anjlok terperosok, kepeleset macet dan hancur jadi bubur,
dia, hah!
dia ketawa terbahak-bahak karena depositonya dolar Amerika semua
Sesudah matahari dua kali tenggelam di langit Barat,
jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat
Krisis makin menjadi-jadi
Di mana-mana orang antri
Maka 100 kotak kantong plastik hitam dia bagi-bagi
Isinya masing-masing:
Lima genggam beras, empat cangkir minyak goreng,
dan tiga bungkus mie cepat jadi.
Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisi
dan masuk koran halaman lima pagi sekali
Gelombang mau datang,
Datang lagi gelombang setiap bah air pasang
Dia senantiasa terapung di atas banjir bandang
Banyak orang tenggelam toh mampu timbul lagi
lalu ia berkata sambil berdiri:
Yaaa... masing-masing kita kan punya sejeki sendiri-sendiri
Seperti bandul jam bergoyang-goyang kekayaan misterius mau diperiksa
Kekayaan... tidak jadi diperiksa
Kakayaan... mau diperiksa
Kekayaan... tidak jadi diperiksa
Kekayaan... mau diperiksa
Kekayaan... tidak jadi diperiksa
Kekayaan... harus diperiksa
Kekayaan... tidak jadi diperiksa
(Dibacakan di beberapa pentas baca puisi di Jakarta) 

Rindu Pada Stelan Jas Putih dan Pantalon Putih Bung Hatta

Rindu Pada Stelan Jas Putih dan Pantalon Putih Bung Hatta
Oleh : Taufik Ismail

(Dibacakan oleh Taufiq Ismail pada: Acara Deklarasi Gerakan Nasional
Pemberantasan Korupsi, Sumatera Barat, di Asrama Haji, Tabing, Padang,
tgl. 15 Ramadhan 1424 H/10 Nopember 2003 M)


I.
Di awal abad 21, pada suatu Subuh pagi aku berjalan kaki di Bukittinggi,
Hampir tak ada kabut tercantum di leher Singgalang dan Merapi, yang belum
dilangkahi matahari,

Lalu lintas kota kecil ini dapat dikatakan masih begitu sunyi,

 Menurun aku di Janjang Ampek Puluah, melangkah ke Aue Tajungkang,
berhenti aku di depan rumah kelahiran Bung Hatta,

Di rumah beratap seng nomor 37 itulah, di awal abad 20, lahir seorang
bayi laki-laki yang kelak akan menuliskan alphabet cita-cita bangsa di
langit pemikirannya dan merancang peta Negara di atas prahara sejarah
manusianya,

Dia tak suka berhutang. Sahabat karibnya, Bung Karno, kepada
gergasi-gergasi dunia itu bahkan berteriak, "Masuklah kalian ke neraka
dengan uang yang kalian samarkan dengan nama bantuan, yang pada
hakekatnya hutang itu".

Suara lantang 39 tahun yang silam itu terapung di Ngarai Sianok, hanyut
di Kali Brantas, menyelam di Laut Banda, melintas di Selat Makassar,
hilang di arus Sungai Mahakam, kemudian tersangkut di tenggorokan 200
juta manusia,

Dua ratus juta manusia itu, terbelenggu rantai hutang di tangan dan kaki,
di abad kini. Petinggi negeri di lobi kantor Pusat Pegadaian Dunia duduk
antri, membawa kaleng kosong bekas cat minta sekedarnya diisi. Setiap
mereka pulang, hutang menggelombang, setiap bayi lahir langsung dua puluh
juta rupiah berkalung hutang, baru akan lunas dua generasi mendatang.

II.
Jalan kaki pagi-pagi di Bukittinggi, aku merenung di depan rumah beratap
seng di Aue Tajungkang nomor 37 ini, yang di awal abad 20 lalu tempat
lahir seorang bayi laki-laki

Aku mengenang negarawan jenius ini dengan rasa penuh hormat karena
rangkaian panjang mutiara sifat: tepat waktu, tunai janji, ringkas
bicara, lurus jujur, hemat serta bersahaja,

Angku Hatta, adakah garam sifat-sifat ini masuk ke dalam sup kehidupanku?
Kucatat dalam puisiku, Angku lebih suka garam dan tak gemar gincu.
Tujuh windu sudah berlalu, aku menyusun sebuah senarai perasaan rindu,

Rindu pada sejumlah sifat dan nilai, yang kini kita rasakan hancur
bercerai-berai,

Kesatuan sebagai bangsa, rasa bersama sebagai manusia Indonesia, ikatan
sejarah dengan pengalaman derita dan suka, inilah kerinduan yang luput
dari sekitar kita,

Kita rindu pada penampakan dan isi jiwa bersahaja, lurs yang tabung,
waktu yang tepat berdentang, janji yang tunai, kalimat yang ringkas
padat, tata hidup yang hemat,

Tiba-tiba kita rindu pada Bung Hatta, pada stelan jas putih dan pantaloon
putihnya, symbol perlawanan pada disain hedonisme dunia, tidak sudi
berhutang, kesederhanaan yang berkilau gemilang,

Kesederhanaan. Ternyata aku tak bisa hidup bersahaja. Terperangkap dalam
krangkeng baja materialisme, boros dan jauh dari hemat, agenda serba
bendaku ditentukan oleh merek 1000 produk impor, iklan televise dan gaya
hidup imitasi,

Bicara ringkas. Susah benar aku melisankan fikiran secara padat. Agaknya
genetika Minang dalam rangkaian kromosomku mendiktekan sifat bicaraku
yang berpanjang-panjang. Angk Hatta, bagaimana Angku dapat bicara ringkas
dan padat? Teratur dan apik? Aku mengintip Angku pada suatu makan siang
di Jalan Diponegoro, yang begitu tertib dan resik,

Tepat waktu. Bung Hatta adalah tepat waktu untuk sebuah bangsa yang
selalu terlambat. Dari seribu rapat, sembilan ratus biasanya telat.
Kegiatanku yang tepat waktu satu-satunya ialah ketika berbuka puasa.

Kelurusan dan kejujuran. Pertahanan apa yang mesti dibangun di dalam
sebuah pribadi supaya orang bisa selalu jujur? Jujur dalam masalah
rezeki, jujur kepada isteri, jujur kepada suami, jujur kepada diri
sendiri, jujur kepada orang banyak, yang bernama rakyat? Rakyat yang di
tipu terus-menerus itu.


Ketika kita rindu bersangatan kepada sepasang jas putih dan pantaloon
putih itu, kita mohonkan kepada Tuhan, semoga nilai-nilai dan sifat-sifat
luhur yang telah hancur berantakan, kepada kita utuh dikembalikan.


III.
Jalan kaki pagi-pagi di Bukittinggi, di depan rumah beratap seng di Aue
Tajungkang nomor 37 ini aku menengok ke kanan dan ke kiri, kemudian aku
masuk ke dalamnya, dan di ruang tamu menatap potret dinding aku berdiri,

Tampaklah Bung Hatta di antara rakyat banyak dalam gambar itu. Tiba-tiba
Bung Hatta keluar dari gambar sepia itu.

Kemudian Bung Hatta berkata: "Ceritakan Indonesia kini menurut kamu"

Aku tergagap bicara. ^Angku, mangadu ambo kini. Angku, saya mengadu
kini. Krisis berlapis-lapis bagaikan tak habis-habis. Krisis ekonomi,
politik, penegakan hokum, pendidikan, pengangguran, kemiskinan, keamanan,
kekerasan, pertumpahan darah, pemecah-belahan, dan di atas semua itu,
krisis akhlak bangsa,

"Otoritarianisme panjang menyuburkan perilaku materialistic, tamak,
serakah, tipu-menipu, konspiratif, mengutamakan keluarga dekat,
memenangkan golongan sendiri, dan tingkah laku feodalistik,

Krisis nilai luhur merubah potret wajah bangsa menjadi anarkis,
bringas, ganas, tak bersedia kalah, tak segan memfitnah, memaksakan
kehendak, pendendam, perusak, pembakar dan pembunuh. Kekerasan, api,
batu, peluru, puing mayat, asap dan bom sampai ke seluruh muka bumi,

Tetapi tentang bom itu, nanti dulu. Sepuluh dua puluh tahun lagi,
lihat, akan terungkap apa sebenarnya sandiwara besar skenario dunia yang
dipaksakan hari ini. Mentang-mentang.

Aku menarik nafas. Bung Hatta diam. Tak ada senyum di wajahnya
Angku Hatta. Harga apa saja di Indonesia naik semua, kecuali satu.
Harga nyawa. Nyawa murah dan luar biasa jatuh nilainya. Di setiap demo
orang mati. Tahanan polisi gampang mati. Pencuri motor dibakar mati.
Anak-anak sekolah belasan tahun dalam tawuran, tanpa rasa salah dengan
ringan membunuh temannya lain sekolah. Mahasiswa senior yang garang
menggasak, menggampar, menyiksa juniornya sampai mati. Tahun depan
pembunuhan di kampus lain di ulang lagi. Dendam dipelihara dan
diturunkan"

Sesak nafasku. Bung Hatta diam. Matanya merenung jauh.

Alkohol, nikotin, judi, madat, putau, ganja dan sabu-sabu telah meruyak
dan mencengkeram negeri kita, mudah dibeli di tepi jalan, di sekolah, di
mana-mana. Indonesia telah menjadi sorga pornografi paling murah di
dunia. Dengan uang sepuluh ribu anak SLTP dengan mudah bisa membeli VCD
coitus lelaki-perempuan kulit putih 60 menit, 6 posisi dan 6 warna.
Anak-anak SD membaca komik cabul dari Jepang. Di televisi peselingkuhan
dianjurkan dan diajarkan."

Gelombang hidup permisif, gaya serba boleh ini melanda penulis-penulis pula.

Penulis-penulis perempuan, muda usia, berlomba mencabul-cabulkan karya,
asyik menggarap wilayah selangkang dan sekitarnya dan kompetisi Gerakan
Syahwat Merdeka. Betapa tekun mereka melakukan rekonstruksi dan
dekonstruksi daftar instruksi posisi syahwat selangkangan abad 21 yang
posmo perineum ini.

Dari uap alkohol, asap nikotin dan narkoba, dari bau persetubuhan liar
20 juta keeping VCD biru, dari halaman-halaman komik dan buku cabul
menyebar hawa lendir yang mirip aroma bangkai anak tikus terlantar tiga
hari di selokan pasar desa ke seluruh negeri.

Aku melihat orang-orang menutup hidung dan jijik karenanya. Jijik. Malu
aku memikirkannya"

Jan aku tenan isin sakpore, sakpore, isin buanget dadi wong Indonesia,
Lek asane dadi nak Indonesia,

Masiripka mancaji to Indonesia,

Jelema Indonesia? Eraeun urang, eraeun,

Malu ambo, sabana malu jadi urang Indonesia,!(*)

 Malu aku jadi orang Indonesia.
(*) Bahasa Jawa, Bali, Bugis, Sunda dan Minangkabau.

Aku berhenti bicara. Bung Hatta masih tetap diam. Matanya merenung sangat
jauh. Tiba-tiba bayangan wajahnya menghilang.

IV
Indonesia tersaruk-saruk.
Terpincang-pincang dan sempoyongan,
Dicambuki krisis demi krisis seperti tak habis-habis.
Indonesia kini sedang menangis.
Dari status Negeri Cobaan,
Dia turun derajat menjadi Negeri Azab,
Dan kini sedang bergerak merosot kearah Negeri Kutukan.
Indonesia tak habis-habis menangis.

Kusut, masai,
Nestapa, duka,
Pengap dan gelap.
Dari dalam sumur berlumpur ini,
Dari dasar tubir yang menyesakkan nafas ini
Kami menengadah ke atas,
Masih melihat sepotong langit
Dan mengharapkan cahaya.
Kami tetap berikhtiar,
Terus bekerja keras
Seraya menggumamkan doa.

Tuhan,
Jangan biarkan negeri kami
Yang kini sudah menjadi Negeri Azab,
Bergerak merosot kea rah Negeri Kutukan.

Tuhan,
Mohon,
Jangan ditolak

Do'a kami.
2003
 

SALEMBA

SALEMBA
Oleh : Taufik Ismail

Alma Mater, janganlah bersedih
Bila arakan ini bergerak pelahan
Menuju pemakaman
Siang ini

Anakmu yang berani
Telah tersungkur ke bumi
Ketika melawan tirani

1966

Sebuah Jaket Berlumur Darah

Sebuah Jaket Berlumur Darah
Oleh : Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah berbagi duka yang agung
Dalam kepedihan berahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
LANJUTKAN PERJUANGAN


1966

SERATUS JUTA

SERATUS JUTA
Oleh : Taufik Ismail


Umat miskin dan penganggur berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa
Kini kutundukkan kepala, karena
Ada sesuatu besar luar biasa
Hilang terasa dari rongga dada
Saudaraku yang sirna nafkah, tanpa kerja
berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Kita mesti berbuat sesuatu, betapun sukarnya.

 
Republika,
16 Agustus 1998
Sajak-sajak Reformasi Indonesia
Taufik Ismail

SYAIR EMPAT KARTU DI TANGAN

SYAIR EMPAT KARTU DI TANGAN  
Oleh : Yaufik Ismail
 

Ini bicara blak-blakan saja, bang 
Buka kartu tampak tampang 
Sehingga semua jelas membayang 
Monoloyalitas kami 
sebenarnya pada uang 
Sudahlah, ka-bukaan saja kita bicara 
Koyak tampak terkubak semua 
Sehingga buat apa basi dan basa 
Sila kami 
Keuangan Yang Maha Esa
Jangan sungkan buat apa yah-payah 
Analisa psikis toh cuma kwasi ilmiah 
Tak usahlah sah-susah 
Ideologiku begitu jelas 
ideologi rupiah
Begini kawan, bila dadaku jalani pembedahan 
Setiap jeroan berjajar kelihatan 
Sehingga jelas sebagai keseluruhan 
Asas tunggalku 
memang keserakahan.
   

1998

TAKUT 66, TAKUT 98

TAKUT 66, TAKUT 98
oleh : Taufik Ismail

Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa
takut '66, takut '98 - 1998

(1998)

TENTANG SERSAN NURCHOLIS

TENTANG SERSAN NURCHOLIS
Oleh : Taufiq Ismail

Seorang Sersan
Kakinya hilang
Sepuluh tahun yang lalu
 
Setiap siang
Terdengan siulnya
Di bengkel arloji
 
Sekali datang
Teman-temannya
Sudah orang resmi
 
Dengan senyum ditolaknya
Kartu anggota
Bekas pejuang
 
Sersan Nurcholis
Kakinya hilang
Di jaman Revolusi
 
Setiap siang
Terdengan siulnya
Di bengkel aroloji
 

(1958)

Budaja Djaja
Thn. VI, No. 61
Juni 1973

Tuhan Sembilan Senti

Tuhan Sembilan Senti
Oleh : Taufik Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa
tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai
merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR
merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi
merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan
pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala
sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah
dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan
kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang
duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan
antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai
kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi
tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di
toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di
kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat
penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di
dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat
merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu
dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang
merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI
sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan
bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor
perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di
dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di
ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok
merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang
perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli
hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi
ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip
berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke
mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99
butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan
tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul
yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut
tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan
ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15
penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000
zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang
diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu
ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap
rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai
terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120
orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih
dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang
bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban
narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa
di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan
celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan
indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan
sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan
fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap
tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Yang Selalu Terapung Di Atas Gelombang

YANG SELALU TERAPUNG  DI ATAS GELOMBANG
Oleh : Taufiq Ismail 
 

Seseorang dianggap tak bersalah, 
sampai dia dibuktikan hukum bersalah. 
Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah. 
Kini simaklah sebuah kisah, 

  
Seorang pegawai tinggi, 
gajinya sebulan satu setengah juta rupiah, 
Di garasinya ada Honda metalik,Volvo hitam, 
BMW abu-abu, Porsche biru dan Mercedes merah. 
Anaknya sekolah di Leiden, Montpelier dan Savannah. 
Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoran dan 
Macam Macam Indah, 
Setiap semester ganjil, 
isteri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura. 
Setiap semester genap, 
isteri gelap liburan di Eropa dan Afrika, 
 

Anak-anaknya pegang dua pabrik, 
tiga apotik dan empat biro jasa. 
Saudara sepupu dan kemenakannya 
punya lima toko onderdil, 
enam biro iklan dan tujuh pusat belanja, 
Ketika rupiah anjlok terperosok, 
kepleset macet dan hancur jadi bubur, 
dia ketawa terbahak- bahak 
karena depositonya dalam dolar Amerika semua. 
Sesudah matahari dua kali tenggelam di langit barat, 
jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat, 
 

Krisis makin menjadi-jadi, di mana-mana orang antri, 
maka seratus kantong plastik hitam dia bagi-bagi. 
Isinya masing-masing lima genggam beras, 
empat cangkir minyak goreng dan tiga bungkus mi cepat-jadi. 
Peristiwa murah hati ini diliput dua menit di kotak televisi, 
dan masuk berita koran Jakarta halaman lima pagi-pagi sekali, 

  
Gelombang mau datang, datanglah gelombang, 
setiap air bah pasang dia senantiasa 
terapung di atas banjir bandang. 
Banyak orang tenggelam tak mampu timbul lagi, 
lalu dia berkata begini, 
"Yah, masing-masing kita rejekinya kan sendiri-sendiri," 

  
Seperti bandul jam tua yang bergoyang kau lihatlah: 
kekayaan misterius mau diperiksa, 
kekayaan tidak jadi diperiksa, 
kekayaan mau diperiksa, 
kekayaan tidak diperiksa, 
kekayaan harus diperiksa, 
kekayaan tidak jadi diperiksa. 
Bandul jam tua Westminster, 
tahun empat puluh satu diproduksi, 
capek bergoyang begini, sampai dia berhenti sendiri, 

  
Kemudian ide baru datang lagi, 
isi formulir harta benda sendiri, 
harus terus terang tapi, 
dikirimkan pagi-pagi tertutup rapi, 
karena ini soal sangat pribadi, 
Selepas itu suasana hening sepi lagi, 
cuma ada bunyi burung perkutut sekali-sekali, 
Seseorang dianggap tak bersalah, 
sampai dia dibuktikan hukum bersalah. 
 

Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah. 
Bagaimana membuktikan bersalah, 
kalau kulit tak dapat dijamah. 
Menyentuh tak bisa dari jauh, 
memegang tak dapat dari dekat, 

  
Karena ilmu kiat, 
orde datang dan orde berangkat, 
dia akan tetap saja selamat, 
Kini lihat, 
di patio rumahnya dengan arsitektur Mediterania, 
seraya menghirup teh nasgitel 
dia duduk menerima telepon 
dari isterinya yang sedang tur di Venezia, 
sesudah menilai tiga proposal, 
dua diskusi panel dan sebuah rencana rapat kerja, 

  
Sementara itu disimaknya lagu favorit My Way, 
senandung lama Frank Sinatra 
yang kemarin baru meninggal dunia, 
ditingkah lagu burung perkutut sepuluh juta 
dari sangkar tergantung di atas sana 
dan tak habis-habisnya 
di layar kaca jinggel bola Piala Dunia,

Go, go, go, ale ale ale...


1998

November

NOVEMBER
Oleh : Mansur Samin

Seperti pelancong larut dari perjalanan jauh
dibebani semua hasrat bermakna mimpi
kami hadir di November ini
membawa rahasia keharusan untuk ditanya
dekatlah kemari ke denyut kehidupan ini
dengar, dari kerinduan tanah air kami mulai

di tepi harapan sepanjang malam
pertanyaan makin tumpul dalam diri
adakah kepercayaan melahirkan pegangan
sedang pasar, gudang , kantor dan pabean
telah lam aluput tangkapan
karena berlaku hukum kediam-diaman

Bukan tidak percaya kami bertanya
sebab kami cinta apa yang kami yakini
jangan biarkan kami sendiri
mengadu pada arti November ini
bukankah bertahun semua tarohan siap merana
untuk kemenangan yang sama kita percaya

Seperti penanggung rindu kami datang kesampingmu
minta disingkap tabir rahasia itu
tuan-tuanlah pengemudi tanah air
sari kehidupan hasrat mencari
datanglah ke dapur kami ke baringan anak-anak kami
gelap dan terang jelaskan o, para budiman
dasar Kemerdekaan !

Bagaimana pula mendiamkan ini kenyataan
kerna sarat oleh goda cobaan
meri tegakan kesini ke November ini
bersaksi jasa dan nyawa-nyawa yang pergi
untuk kelanjutan nilai hari datang
ini kepercayaan jangan tangguhkan tapi lajukan
sebab nilai kenangan Indonesia
berakhir pada arti dan jiwa
 

Gelora, No 19, Th III
19 Maret 1962
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

Buku Harian Prajurit

BUKU  HARIAN PRAJURIT
Oleh : Mansur Samin

malam tengadah di atas kaca
akan sepi bermukim asing di sini
napas sisi jendela, jeriji besi-besi tua
menghisap angin dingin atas kekerdilan hati
 
Mengapa palu itu tak segera memutus
apah mereka tahu aku bukan pembunuh
hukum dunia mengnal noda untuk kira-kira
dada bunda hanya kenal sorga atau neraka

Malam tengadah di atas kaca
jauh dari hati melebur hari-hari pergi
kalung mentega, lonceng gereja dan layap mata
diliput batin ini antara hidup dan mati

kalaupun sesal tinggal dendam
berbeda harap dengan permintaan

Demi hukum keadilan, haii anak lajang !
tabir dosa kekal adalah garis penyelesaian
memberatimu saksi tangan, titik bukti tebal
adakah misal satu-satunya kau kenal ?

Begitu hati, wahai hati yang takut mati
sampaikan salam dunia dan diri sepi
kuyup mata, ruang dahaga dan doa setiap bunda
tiada mengharapkan dosa

Demi hukum keadilan haii anak lajang !
kami bawakan pelita melewati jalan-jalan sesal
kitab suci, sumpah murni dan tangis hati
akan memberkahi segi-segi yang bakal lahir
 
Dalam pemeriksaan dan misal kelanjutan
lenyap nilai jawab di tubuh jatuh terlentang

Dari hati yang tersirat, pengadilan yang terhormat !
aku bukan pembunuh Tuhan pun tahu
hidup ini bermain pada kira-kira dan sia-sia
dosa kita mencari bukti dalam misal

Jika salamku hilang ke tengah dunia
kasih pada hari-hari silam belum berakhir
dengan dosaku dan kemelut tahun yang berduka
tinggal garis henti, semua kata hilang arti
 

Konfrontasi
No. 32, 1959
Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

Agustus

AGUSTUS
 Oleh :  Mansur Samin

Berdirilah hening dalam kehampaan malam
jiwa siapa yang patut dikenang
hitung dari mula
kerna letak kejadian indah
adalah hadirnya upcara duka
membangun kepercayaan teguh
 

Apakah mereka dengan kita bicara
menghitung hari-hari silam kehilangan rupa
atas rumah-rumah di lingkaran gelap
atas anak-anak di ketiadaan harap
dari dulu terduga selalu

Berdrilah hening dalam kehampaan malam
ucapkan lunak kesanggupan yang bimbang
jangan tangisi, jangan hindari kenyataan ini
kerna fajar pagi akan membuka langit letihnya
menyediakan tanya untuk kita saling tidak bicara
 

Di mendung gerimis Agustus ini
simpanlah risalah lama melantung kedalaman
tentang hari-hari gemilang yang akan datang
tentang akhir-akhir hutang yang tiada pegangan
heningkan di sini, jangan dengan separo hati !

Berdirilah hening dalam kehampaan malam
melupakan cedera kehilangan rupa
tegakkan pula
suatu bentuk baru di hatimu mengorak jauh
suatu pandangan kudus di pilumu diam bergalau
kita pun semua tahu untuk apa mengenang itu.
 
Mimbar Indonesia,
Th XIV, No. 50
1960

Dari Bentangan Langit

DARI BENTANGAN LANGIT 
Oleh : Emha Ainun Najib
 


Dari bentangan langit yang semu Ia,
kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.


Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,
1997

Begitu Engkau Bersujud

BEGITU ENGKAU BERSUJUD  
Oleh : Emha Ainun Najib



Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang  
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid  
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali  
pula telah engkau dirikan masjid   
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid  
telah kau bengun selama hidupmu?  
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu  
meninggi, menembus langit, memasuki  alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan  
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang   
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud   
menjadilah engkau masjid
 
 
  1987

Antara Tiga Kota


ANTARA TIGA KOTA
Oleh :
Emha Ainun Najib

di yogya aku lelap tertidur
angin di sisiku mendengkur
seluruh kota pun bagai dalam kubur
pohon-pohon semua mengantuk
di sini kamu harus belajar berlatih
tetap hidup sambil mengantuk

kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?

Jakrta menghardik nasibku
melecut menghantam pundakku
tiada ruang bagi diamku
matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku
jatuh bergelut debu

kemanakah harus juhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga

surabaya seperti ditengahnya
tak tidur seperti kerbau tua
tak juga membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku
yang hilang kembangnya
jika aku mendekatinya

kemanakah haru kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?
            
            
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO,
1997

Mahatma Gandhi

"Orang-orang mengatakan bahwa saya adalah orang suci yang tersesat dalam dunia politik. Faktanya adalah bahwa saya seorang politikus yang sedang berusaha sekuat tenaga menjadi orang suci." 
Mahatma Gandhi

"Saya pertama kali belajar tentang konsep 'tanpa kekerasan' dalam perkawinan saya."
Mahatma Gandhi

"Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki."
Mahatma Gandhi

"Masa depan tergantung pada apa yang kita lakukan saat ini."
Mahatma Gandhi


"Mereka yang tahu bagaimana cara berpikir tidak membutuhkan guru."
Mahatma Gandhi

Bill Gates

"Ketika saya melihat kedepan, saya sangat optimis dengan apa yang saya lihat."
Bill Gates

 
"Adalah baik untuk merayakan kesuksesan, tetapi adalah lebih penting untuk mengambil pelajaran dari kegagalan." 

Bill Gates

 "Kesuksesan adalah guru yang jelek. Ia menggoda orang cerdas untuk berpikir bahwa mereka tidak dapat gagal."
Bill Gates


"Setiap hari katakan,"Bagaimana kita membuat pelanggan ini senang ? Bagaimana kita maju dalam inovasi dengan melakukan ini, karena jika kita tidak, seseorang akan melakukannya." 

Bill Gates
"Sekarang adalah waktu yang fantastis untuk memasuki dunia bisnis, karena bisnis akan berubah lebih banyak dalam 10 tahun kedepan daripada yang terjadi 50 tahun yang lalu."

Bill Gates



"Nyanyian ulang menunjukkan bahwa hidup bukan proses yang kontinyu, ada sejumlah keberhasilan yang menentukan hidup anda."

Bill Gates
"Pelanggan anda yang paling tidak senang adalah sumber yang paling baik untuk belajar."

Bill Gates

"Sedikit kebutaan dibutuhkan bila anda mengambil sebuah resiko."
Bill Gates

Thomas Alfa Edison

"Segala sesuatu datang kepada orang yang berusaha keras ketika dia sedang menunggu."
Thomas Alfa Edison

"Jangan kecewa apabila hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan, Percaya bahwa semuanya adalah kesuksesan, bukan kegagalan. Mengapa saya punya banyak kesuksesan ? saya tahu banyak usaha yang gagal."
Thomas Alfa Edison
"Saya memulai dari titik di mana orang lain tinggalkan."
Thomas Alfa Edison

"Jika kita melakukan semua yang dapat kita lakukan, kita benar akan membuat heran diri sendiri." 
 Thomas Alfa Edison
 
"Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% keringat."
 Thomas Alfa Edison


"Manusia selalu menempuh jalan apapun untuk menghindari tugas berfikir."  
Thomas Alfa Edison 

Miyamoto Musashi

"Poleslah kebijaksanaan anda: pelajari kebijaksanaan umum, bedakan antara baik dan jahat, pelajari berbagai falsafah berbagai seni satu demi satu. Ketika tidak dapat dibohongi orang lain, berarti anda sudah memahami kebijaksanaan strategi."
Miyamoto Musashi
 
"Dalam duel dan kehidupan sehari-hari, anda harus tetap tenang. Hadapi segala situasi tanpa tegang dan tidak ceroboh. Spirit harus tidak bias. Ketika spirit tenang, jangan biarkan tubuh rileks. Ketika tubuh rileks, jangan biarkan spirit kendur. Jangan biarkan spirit dipengaruhi tubuh, atau tubuh dipengaruhi spirit. Jangan kurang atau kelebihan spirit. Spirit yang dipacu adalah lemah dan kurang spirit adalah lemah. Jangan biarkan musuh mengetahui spirit anda."
Miyamoto Musashi
 

"Bergeraklah dengan tujuan."
Miyamoto Musashi
 

"Ketika anda menyerang dan musuh cepat mundur, selagi anda melihat ia tegang, berpura-puralah menebas. Kemudian, ketika ia rileks, lekas pukulah. Inilah yang disebut penetapan waktu jeda kedua."
Miyamoto Musashi

Peribahasa Timur

"Satu gambar bernilai seribu kata."
Peribahasa Timur
 
"Orang yang berhati-hati tidak akan meminum racun, meskipun punya penawarnya."
Peribahasa Timur

Peribahasa Latin

"Suatu kejahatan itu timbul dari kejahatan lainnya."
Peribahasa Latin
 
"Bodoh sekali jika kita takut menghadapi apa yang tidak bisa kita hindari."

Peribahasa Latin

"Hati -hati dengan seseorang yang belajar hanya dari sebuah buku."
Peribahasa Latin

"Sangat baik untuk mempelajari sesuatu, bahkan dari seorang musuh pun."
Peribahasa Latin

"Dengan belajar anda akan mengajar, dengan mengajar anda akan belajar."
Peribahasa Latin

Peribahasa Arab

"Tidak ada satu obat pun yang bisa menyembuhkan sakit hati, kecuali keikhlasan."
Peribahasa Arab

"Sifat hujan pada dasarnya sama, tetapi hujan yang sama itu membuat semak berduri tumbuh dirawa-rawa dan hujan yang sama juga menumbuhkan bunga-bunga di taman."Peribahasa Arab
 
"Jika kekuasaan dapat dibeli, jual ibu anda untuk membelinya. Anda selalu dapat membelinya kembali."
Peribahasa Arab

"Jika anda mau membuat sesuatu, anda akan mencari jalan. Jika anda tidak mau sesuatu, anda akan cari alasan."
 Peribahasa Arab

"Menunda-nunda itu mencuri waktu."
Peribahasa Arab

"Percayakan kepada Allah, tetapi ikat unta Anda."
Peribahasa Arab

"Musuh dari musuh saya adalah teman saya."
Peribahasa Arab

"Wanita dapat memendam cinta selama 40 tahun, tetapi tidak dapat memendam kebencian dan kemarahan walau sesaat."
Peribahasa Arab

Thich Nhat Hanh

"Jika cinta kita hanyalah keinginan untuk memiliki, hal itu tak bisa dinamakan cinta."
Thich Nhat Hanh

Peribahasa Cina

"Jangan takut bila maju perlahan, takutlah bila tidak ada kemajuan."
Peribahasa Cina
 
"Laki-laki adalah kepala keluarga, wanita adalah leher yang menggerakkan kepala itu."
Peribahasa Cina

"Menyimpang seinci, rugi seribu batu."
Peribahasa Cina
 
"Hati nurani yang bersih tidak pernah takut pada ketukan pintu tengah malam."
Peribahasa Cina

"Kesalahan pada satu waktu menjadi kesedihan selama hidup."
 Peribahasa Cina

"Jangan takut berjalan perlahan-lahan takutlah berdiri diam-diam."
Peribahasa Cina

"Waktu menyembuhkan luka hati."
Peribahasa Cina

"Di tengah-tengah kesenangan, jangan mebuat janji kepada seseorang. Ditengah-tengah kemarahan, jangan menjawab surat seseorang."
Peribahasa Cina

"Seseorang dalam bermain game buta terhadap apa yang dilihat oleh orang-orang secara jelas di dunia nyata."
Peribahasa Cina

"Kata-kata hanyalah gelembung-gelembung air, tetapi perbuatan adalah emas."
Peribahasa Cina

"Jika seseorang hanya mengerjakan apa yang diminta darinya, Ia adalah seorang budak. Jika seseorang melakukan lebih dari yang diminta dari nya, dia adalah seorang yang bebas."
Peribahasa Cina

"Kesalahan pada satu waktu menjadi kesedihan selama hidup."
Peribahasa Cina

"Seseorang dalam bermain game buta terhadap apa yang dilihat oleh orang-orang secara jelas di dunia nyata."
Peribahasa Cina

"Di tengah-tengah kesenangan, jangan mebuat janji kepada seseorang. Ditengah-tengah kemarahan, jangan menjawab surat seseorang."
Peribahasa Cina

"Kecantikan adalah kebijaksanaan seorang wanita. Kebijaksanaan adalah kecantikan seorang pria."
Peribahasa Cina

"Jangan lakukan semua yang anda bisa, jangan belanjakan semua yang anda punya, jangan percaya semua yang anda dengar dan jangan mengatakan semua yang anda tahu."
Peribahasa Cina

"Orang yang berkata bahwa sesuatu tidak dapat dikerjakan tidak boleh mengganggu orang yang sedang mengerjakannya."

Peribahasa Cina

"Awal kebijaksanaan adalah memanggil sesuatu dengan namanya yang benar."
Peribahasa Cina

"Dari seribu orang ahli ada seribu cara."
Peribahasa Cina

"Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan."
Peribahasa Cina

"Orang pintar membuat keputusan sendiri. Orang bodoh mengikuti pendapat publik."
Peribahasa Cina
 
"Jika anda ingin melihat masa lalu, lihat keadaan anda sekarang. Jika anda ingin mengetahui masa depan - lihat tindakan anda sekarang."
Peribahasa Cina

"Seorang gadis menikah untuk membahagiakan orang tuanya. Janda menikah untuk membahagiakan dirinya."
Peribahasa Cina

"Adalah mudah untuk membuka toko bagian yang sulit adalah mempertahankannya tetap buka."
Peribahasa Cina

"Jika anda ingin anak anda memiliki kehidupan yang damai, biarkan mereka menderita sedikit kelaparan dan kedinginan."
Peribahasa Cina

"Seseorang yang belum pernah ditipu tidak dapat menjadi seorang pebisnis yang baik."
Peribahasa Cina

"Satu kegembiraan menghancurkan seratus kedukaan."
Peribahasa Cina

"Keberuntungan yang besar tergantung pada kemujuran, keberuntungan yang kecil tergantung pada kerajina."
Peribahasa Cina

"Kebijaksanaan membuat mereka beradaptasi dengan lingkungan, seperti air mengikuti bentuk tempatnya."
Peribahasa Cina

"Kesuksesan pada saat akhir menghapus semua kesalahan sepanjang jalannya."
Peribahasa Cina


"Mereka yang terlalu berhati-hati sebelum mengambil satu langkah akan menghabiskan seluruh hidup nya dalam satu langkah kaki."
Peribahasa Cina

"Jika anda tidak ingin ditipu, tanyakan harga pada tiga toko yang berbeda."
Peribahasa Cina

"Atasilah satu kesulitan maka anda akan terhindar dari ratusan kesulitan lain."
Peribahasa Cina

"Kewaspadaan dan keberanian merupakan pelindung dalam hidup."
Peribahasa Cina

"Jika seorang wanita malu-malu seperti tikus, anda masih dapat melihat harimau didalamnya."
Peribahasa Cina

"Beri saya seekor ikan dan saya makan selama satu hari. Ajari saya memancing dan saya akan makan seumur hidup."
Peribahasa Cina

"Saya dengar dan saya lupa. Saya lihat dan saya ingat. Saya melakukan dan saya mengerti."
Peribahasa Cina

"Hidup adalah jalan di waktu tidur, kematian adalah pulang ke rumah."
Peribahasa Cina

"Hanya burung yang cantik yang mendapat sangkar."
Peribahasa Cina

"Bunuhlah seekor ayam untuk menakuti seribu ekor kera."
Peribahasa Cina


"Hidup adalah jalan di waktu tidur, kematian adalah pulang ke rumah."
Peribahasa Cina

"Ciuman itu seperti minum air laut, anda minum dan anda semakin haus."

Peribahasa Cina

"Jika seluruhnya gagal, mundur - Jika keadaannya jelas bahwa seluruh rencana aksi anda akan mengalami kegagalan, mundurlah dan persatukan pasukan. Ketika pihak anda mengalami kekalahan hanya ada tiga pilihan: menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan."   
Peribahasa Cina 

NEW ARTIKEL