Mohammad Yamin

Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
Pada tahun 1937, Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari, putri seorang bangsawan dari Kadingalu, Demak, Jawa Tengah Mereka dikaruniai satu orang putra, Dang Rahadian Sinayangish Yamin. Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahan dengan Gusti Raden Ayu Retno Satuti, putri tertua dari Mangkunegoro VIII 


Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia.
Yamin pernah tercatat sebagai anggota Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Tahun 1939, ia terpilih sebagai anggota Volksraad.1942-1945 Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 
 Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya (1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional (1962), dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962).

Karya-karyanya
 - Tanah Air (puisi), 1922
 - Indonesia, Tumpah Darahku, 1928
 - Kalau Dewa Tara Sudah Berkata (drama), 1932
 - Ken Arok dan Ken Dedes (drama), 1934
 - Sedjarah Peperangan Dipanegara, 1945
 - Tan Malaka, 1945
 - Gadjah Mada (novel), 1948
 - Sapta Dharma, 1950
 - Revolusi Amerika, 1951
 - Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, 1951
 - Kebudayaan Asia-Afrika, 1955
 - Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi, 1956
 - 6000 Tahun Sang Merah Putih, 1958
 - Naskah Persiapan Undang-undang Dasar, 1960, 3 jilid
 - Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid
  
Penghargaan
- Bintang Mahaputra RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas
  jasa-jasanya pada nusa dan bangsa
- Tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah
   Mada dan Panca Darma Corps
- Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan Petaka
   Komando Strategi Angkatan  Darat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEW ARTIKEL